TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG PSHT WATOE DAKON KOMISARIAT STAIN PONOROGO >>> SEMOGA BERMANFAAT BAGI DULUR-DULUR SEMUA

Minggu, 14 Maret 2010

PENGAMBILAN SABUK JAMBON

Sabtu malam minggu yang cerah menjadikan suasana damai 'n penuh semangat untuk jalani aktifitas. Banyak anak-anak muda keluar bersama pasangannya sendiri-sendiri, tapi bagi kami aktivitas tersebut hanya akan menjadikan kader-kader bangsa yang bobrok, penuh dengan kemaksiatan, daripada melakukan hal yang gak ada manfaatnya tersebut kami bersama mas-mas warga merancang sebuah strategi pengambilan sabuk jambon untuk disajikan kepada adik2 nanti malam. Waktupun sudah menunjukkan pukul 19.30 malam, kami bersama mas-mas warga dan tamu undangan mulai berkumpul di depan Graha Watoe Dakon.

Pelatih tetap mas Ma'ruf Hidayat dan didampingi oleh Mas Farid Amrulloh, memulai latihan seperti biasa, melakukan pemanasan, kemudian dilanjutkan lari-lari mengintari daerah Tonatan trus ke timur sampai jeruksing, dst hingga sampai ke pasinggrahan Watoe Dakon. Penuh dengan keringat membuat adik-adik semangat untuk berlatih, mas-mas warga pun ikut bangga karena semangat dan tekad adik-adik tsb.

Sambil menanti adk-adk hilang rasa capeknya, mas-mas warga menempati pos masing-masing. Pembagian pos sudah ditentukan waktu rapat, yaitu terdiri dari empat pos, pos pertama mendapat materi asdower yang pegang oleh Mas Farid, Mas Rahman dan Mas Roni, kemudian pos dua mendapat materi senam dipegang oleh Mas Agung, Mas Akin, dan Mbak Ririn, pos ketiga jurus dipegang oleh Mas Emon dan Mas huda, dan pos terakhir bagian pengarahan/ke-SH-an yang diisi oleh tamu kita mas agus dan mas eko.

Siswa satu persatu dipanggil untuk melaksanakan tes tsb, dengan penuh keyakinan dan semangat yang berkobar demi mendapatkan sabuk jambon/demi kenaikan tingkat halangan apapun mereka tempuh. Satu demi satu siswa pun telah selesai melaksanakan tugas dari pos I sampai Pos terakhir. Siswa yang sudah selesai tugasnya langsung menemui mas Erifa untuk mendapatkan pencerahan atau wawasan tentang kegiatan yang ada di kampus STAIN Ponorogo, beliau selaku Ketua Komisariat STAIN Ponorogo.

Tarung antar siswa pun segera dimulai (sambung), disini sambung tidak diartikan saling melukai antar siswa, melainkan menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat, penuh dengan penjiwaan yang mendalam, seni dan pola langkah sangat diperhatikan. Doa sambung yang dipimpin oleh pelatih tetap kita diikuti semua siswa menunjukkan sambung segera dimulai. Membentuk sebuah lingkaran besar, satu persatu masuk dalam kalangan, gerakan, seni, pola langkah akan dilagakan dalam pertandingan tsb. Waktu menunjukkan pukul 12.00 malam, sambung pun diakhiri. . . .

Dan akhirnya sampailah ke acara puncak yaitu pengambilan sabuk di kuburan atau pasarehan, pos-pos sudah terbagi dan siap untuk maju. . . .
Didalam kuburan adik2 dilatih mentalnya agar kelak terbiasa dengan hal2 yang membuat takut seseorang. Seorang pendekar PSHT harus siap menerima cobaan apapun, dan pantang menyerah guna mencapai sebuah kesuksesan. Satu demi satu siswa telah menemukan sabuk yang ditaruh disuatu tempat menurut mas mas warga sulit ditemukan. Suatu kebanggaan tersendiri muncul dibenak adik2 semua, yang telah selesai melaksanakan ujian kenaikan tingkat dari polos ke jambon, wajah yang sebelumnya kusut telah terlihat bugar kembali. Sukses buat adik-adik semua, semangatlah untuk berlatih dan berlatih guna tercapainya tujuan kalian.